Minggu, 30 Oktober 2011

BAB_I_UMUM


BAB I
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sekilas tentang PT. Indonesia Power  akan dibahas dalam bab ini yang mencakup tentang sejarah perusahaan, tujuan pendirian perusahaan dan letak geografis perusahaan.
1.1       Sejarah Perusahaan
1.1.1        PT. Indonesia Power
Keberadaan PT. Indonesia Power sebagai perusahaan pembangkitan merupakan bagian dari deregulasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia. Diawali dengan dikeluarkannya Keppres No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit–pembangkit listrik swasta, serta disusunnya kerangka dasar dan pedoman jangka panjang bagi restrukturisasi sektor ketenagalistrikan oleh Departemen Pertambangan dan Energi pada tahun 1993.
Sebagai tindak lanjutnya, tahun 1994 PLN dirubah statusnya dari Perum menjadi Persero. Tanggal 3 Oktober 1995 PT. PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial yang salah satunya adalah PT. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I (PLN PJB I) menjalankan usaha komersial bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha lainnya. Setelah lima tahun beroperasi PLN PJB I berganti nama menjadi PT. Indonesia Power (IP) pada tanggal 3 Oktober 2000.
Saat ini, PT. Indonesia Power merupakan pembangkit listrik terbesar di Indonesia dengan delapan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) yaitu UBP Suralaya, UBP Priok, UBP Saguling, UBP Kamojang, UBP Mrica, UBP Semarang, UBP Perak Grati dan UBP Bali serta satu Unit Bisnis Jasa Pemeliharaan terbesar di pulau Jawa dan Bali dengan total kapasitas terpasang 8.995 MW. Pada tahun 2002 keseluruhan unit-unit pembangkitan tersebut menghasilkan tenaga listrik hampir 41.000 GWh yang memasok lebih dari 50 % kebutuhan listrik Jawa Bali. Secara keseluruhan di Indonesia total untuk tahun 2003 menghasilkan tenaga listrik sebesar 41.253 GWh. Pada Tahun 2004, PT Indonesia Power telah memasok sebesar 44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi Sistem Jawa dan Bali. Pada tahun 2010  produksi Indonesia Power mencapai 47.377 GWh.
PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit
bisnis pembangkit yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Kapasitas Unit Bisnis Pembangkitan
Unit Bisnis Pembangkitan
Daya (MW)
Suralaya
3400
Priok
1348   
Saguling
797
Kamojang
375
Mrica
309
Semarang
1469
Perak-Grati
864
Bali
433
TOTAL
8995
(Sumber: PT. Indonesia Power)
1.1.2    Unit Bisnis Pembangkitan Mrica
Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Mrica merupakan salah satu dari 8 unit pembangkitan yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power yang terletak di Jawa Tengah. UBP Mrica merupakan pembangkit listrik bertenaga air atau lebih dikenal dengan Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan menggunakan sistem Waduk, Kolam Tando dan Run of River (berada di aliran sungai).
Beberapa kelebihan PLTA dibanding jenis pembangkit lainnya antara lain:
waktu pengoperasiannya dari start awal relatif lebih cepat (10 menit), Sistem pengoperasian mudah mengikuti perubahan beban dan frekuensi,
biaya operasi relatif lebih murah karena menggunakan air. PLTA adalah jenis pembangkit yang ramah lingkungan, tanpa melalui proses pembakaran sehingga tidak menghasilkan limbah bekas pembakaran. PLTA yang menggunakan waduk dapat difungsikan dengan multi guna (misal pengairan, perikanan, dll). Unit Bisnis Pembangkitan Mrica memiliki 27 mesin pembangkit yang tersebar di seluruh Jawa Tengah dengan total kapasitas terpasang 308,89 MW, seperti terlihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. PLTA yang dikelola oleh Unit Bisnis Pembangkitan Mrica
Generating Unit
Installed capacity
Manufacturer

Initial
Operation
PB Sudirman 1
60.30 MW
Boving
1988
PB Sudirman 2
60.30 MW
Boving
1989
PB Sudirman 3
60.30 MW
Boving
1988
Wonogiri 1
6.20 MW
Boving
1982
Wonogiri 2
6.20 MW
Ebara
1982
Sempor 1
1.00 MW
Ebara
1980
Wadaslintang 1
9.00 MW
C. Dumont
1988
Wadaslintang 2
9.00 MW
Fuji Electric
1988
Kedungombo
22.50 MW
Fuji Electric
1992
Jelok 1
5.12 MW
Neyrpic Alsthom
1992
Jelok 2
5.12 MW
Escher Wyss
1937
Jelok 3
5.12 MW
Escher Wyss
1937
Jelok 4
5.12 MW
Escher Wyss
1962


Tabel 1.2 (lanjutan)
Generating Unit
Installed capacity
Manufacturer

Initial
Operation
Timo 1
4.00 MW
CKD Blansko
1962
Timo 2
4.00 MW
CKD Blansko
1963
Timo 3
4.00 MW
CKD Blansko
1963
Garung 1
13.20 MW
Ebara
1982
Garung 2
13.20 MW
Ebara
1982
Ketenger 1
3.52 MW
Charmiles
1939
Ketenger 2
3.52 MW
Charmiles
1939
Ketenger 3
1.05 MW
Hangzhou EE
1999
Kelambu 1
1.17 MW
Neyrpic Alsthom
1992
Pejengkolan 1
1.40 MW
Litostroj
1992
Sidorejo 1
1.40 MW
Neyrpic Alsthom
1992
Tapen 1
0.75 MW
CKD Blansko
1997
Tulis 1
6.20 MW
n/a
n/a
Tulis 2
6.20 MW
n/a
n/a
Siteki 1
1.20 MW
-
-
Plumbungan 1
1.60 MW
-
-
Jumlah total
308.89 MW


(Sumber: PT. Indonesia Power)
1.1.3        PLTA Panglima Besar Soedirman (PBS)
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sungai yang potensial untuk dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik. Sebagai negara yang masih berkembang, tersedianya tenaga listrik yang memadai akan  mendukung terciptanya  masyarakat yang  adil dan makmur.
Pada tahun 1971 Indonesia menerima bantuan dari pemerintah Australia untuk mengembangkan sumber-sumber air sebagai pembangkit tenaga listrik. Dari  hasil  studi  oleh Snowi  Mountains Engineering Corporation (SMEC) tahun 1972 diusulkan MAUNG dan MRICA di daerah aliran sungai Serayu untuk PLTA. Sebagai kelanjutannya pada tahun 1974 dilakukan studi kelayakan pada aliran sungai Serayu. Pada  tahun  1978-1980 disusun perencanaan detail desain oleh Teknopromn export dari Uni Sovyet,  tanggal 15 Mei  1982  dilakukan kontrak  kerja  antara  PLN  dengan  Sabcon  (Scansa Comentgjuteriet, Asea AB and Sweedee Balfour Beaty Construction LTd ),  serta United Kingdom, sebagai konsultan perencana adalah sweco AB dari Swedia dan enginering and power teknopom export  dari inggris, sedangkan Wiratman dan Ass bertugas merancang ulang hasil perencanaan yang dibuat oleh Teknopromexport (TPE). Konsultan pengawas adalah Sir William Halcrow and Parners dari Inggris.
Sejarah pembangunan PLTA Panglima Besar Soedirman (PLTA PBS) dibagi dalam dua tahap yaitu:
a.         Secara garis besar, pembangunan PLTA Panglima Besar Soedirman dibangun dalam tiga tahap bangunan meliputi:
1.      Bidang pembangunan prasarana, seperti jalan hantar, jaringan listrik dan air minum.
2.      Bidang  pekerjaan sipil, seperti pembangunan gedung sentral (Power House/PH), terowongan pengelak  dan bangunan pelimpah  (Spillway).
3.      Bidang  pekerjaan  listrik  dan  mekanis,  seperti:  pemasangan  turbin, generetor, transformator dan instalasi pelengkapnya.

b.        Secara teknologis, peristiwa penting selama pembangunan PLTA Panglima Besar Soedirman adalah:

1.      Tahun 1974
Studi kelayakan.
2.      Tahun 1978-1980
Detail desain perusahaan.
3.      Tahun 1978
Tahap awal pekerjaan prasarana.
4.      Tanggal 15 Mei 1982
Penandatanganan kontrak kerja sama antara PLN dengan SABCON.
5.      Tanggal 9 Agustus 1982
Peresmian dimulainya pekerjaan PLTA PB Soedirman oleh menteri pertambangan dan energi, Bapak Soebroto.
6.      Bulan Desember 1982
Masa konstruksi.
7.      Bulan Maret 1983
Penjadwalan kembali oleh pemerintah.
8.      Tanggal 30 Mei 1984
Peresmian dimulainya  proyek  PLTA  oleh menteri Pertambangan dan energi, Bapak Soebroto.
9.      Tanggal 2 Mei 1986
Pengalihan  aliran  sungai  Serayu  melalui  terowongan  oleh  menteri pertambangan dan energi Bapak Soebroto.
10.  Tanggal 26 Februari 1987
Peletakan batu abadi bendungan utama oleh Presiden RI Bapak Soeharto.
11.  Tanggal 16 April 1988
Penutupan terowongan pengelak olek menteri Pertambangan dan Energi, Bapak Ginanjar Kartasasmita.
12.  Bulan September 1988
Waduk mulai terisi penuh.
13.  Tanggal 26 November 1988
Peresmian dimulainya pengoperasian unit 1.
14.  Tanggal 28 November 1988
Mulai beroperasinya pembangkit unit 1 sebesar 60 MW.
15.  Tanggal 20 Januari 1989
Mulai beroperasinya pembangkit unit II sebesar 60 MW.
16.  Tanggal 25 Januari 1989
Mulai beroperasinya pembangkit unit III sebesar 60 MW.
17.  Tanggal 23 Maret 1989
Peresmian mulai berfungsinya PLTA PB Soedirman.
PLN  Unit  Bisnis Pembangkitan  Mrica  dibentuk  atas  dasar  SK  Direksi PLN No.166/Dir/85 tanggal 14 November 1985, disamping itu juga berdasarkan SK Direksi PLN PJB No.001/KJB/86 tanggal 9 Januari 1986. Sampai akhirnya pada saat PLN menjadi PERSERO  dan membentuk  anak  perusahaan PT PLN PJB I dan II, maka PLTA PBS dibawah naungan PT PLN  PJB  I yang kemudian  menjadi PT INDONESIA POWER.


1.2              Tujuan Pendirian Perusahaan
Tujuan perusahaan yang dijelaskan meliputi visi, misi, motto, tujuan perusahaan, paradigma, budaya perusahaan, filosofi perusahaan dan nilai perusahaan.
1.2.1        Visi
“Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan”.
1.2.2        Misi
“Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan dan mengembangkan usaha lainnya yang berkaitan berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat guna menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang”.
1.2.3        Motto
“ Bersama kita maju “.
1.2.4        Tujuan perusahaan
a.         Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
b.        Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan sarana penunjang yang berorientasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
c.         Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.
d.        Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai standar kelas dunia dalam hal keamanan, kehandalan, efisiensi, maupun kelestarian lingkungan.
e.         Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling menghargai antar karyawan dan mitra serta mendorong terus kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme.
1.2.5        Paradigma
“Hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih baik dari hari ini”.
1.2.6        Budaya perusahaan
Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia perusahaan adalah pembentukan budaya perusahaan. Unsur-unsur budaya perusahaan:
a.         Perilaku akan ditunjukkan seseorang akibat adanya suatu keyakinan akan nilai-nilai atau filosofi.
b.        Nilai adalah bagian daripada budaya/culture perusahaan yang dirumuskan untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di PT. Indonesia Power, nilai ini disebut dengan “filosofi Perusahaan”.
c.         Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang menilai sesuatu.
Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini diwujudkan dalam tujuh nilai perusahaan PT. Indonesia Power (IP-HaPPPI).
1.2.7        Lima filosofi perusahaan
a.         Mengutamakan pasar dan pelanggan
Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik dan nilai tambah kepada pelanggan.
b.        Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan
Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi, finansial dan proses bisnis yang handal dengan semangat untuk memenangkan persaingan.
c.         Mempelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
Terdepan dalam memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal.
d.        Menjunjung tinggi etika bisnis
Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasional.
e.         Memberi penghargaan atas prestasi
Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja perusahaan yang maksimal.
1.2.8        Tujuh nilai perusahaan  PT. Indonesia Power  (IPHaPPPI):
a.       Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik kepada perusahaan.
b.      Profesional
Menguasai pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai bidang.
c.       Harmoni, serasi, selaras, seimbang, dalam:
- Pengembangan kualitas pribadi
- Hubungan dengan stakeholder (pihak terkait)
- Hubungan dengan lingkungan hidup          
d.      Pelayanan prima
Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan stakeholder.
e.       Peduli
Peka/tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta memelihara lingkungan sekitar.
f.       Pembelajar
Terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan serta kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian berbagi dengan orang lain.
g.      Inovatif
Terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.
1.2.9        Makna bentuk dan warna logo
Logo mencerminkan identitas dari PT. Indonesia Power sebagai Power Utility Company terbesar di Indonesia, seperti pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Logo PT. Indonesia Power

a.       Bentuk
1.      INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan menggunakan dasar jenis huruf FUTURA BOOK/REGULAR dan FUTURA BOLD menandakan font yang kuat dan tegas.
2.      Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “TENAGA LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
3.      Titik/bulatan merah (red dot) diujung kilatan petir merupakan simbol perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili.
b.      Warna
1.      Merah
Merah, diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
2.      Biru
Biru, diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi, efisien, aman dan ramah lingkungan.

1.3              Lokasi Perusahaan
Kantor pusat Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Mrica berada di Jalan Raya Banyumas km 8, Banjarnegara 53471, Indonesia. PLTA Panglima Besar Soedirman terletak di hulu sungai Serayu dan termasuk wilayah  kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah kurang lebih 8 km sebelah barat kota Banjarnegara atau 175 km barat daya kota Semarang. Untuk mengetahui secara lebih jelas letak dari PLTA PB Soedirman seperti pada Gambar 1.2.
PLTA Panglima Besar Soedirman
Banjarnegara
Gambar 1.2.  Lokasi PLTA Panglima Besar Soedirman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar